Tuesday, February 5, 2013

Tahapan Membuat Bilah Katana

How To Make Your Own Katana Blade (Do It Yourself)

Bagaimana cara membuat bilah katana? sejauh ini, inilah yang saya dapat setelah mempelajari cara membuatnya dari youtube dan referensi lainnya.

Berikut ini gambaran umum katana dan istilah-istilah bagiannya:





Tahapan-tahapannya pembuatannya akan saya bagi dalam beberapa point berikut:
  1. Memilih material bilah katana
  2. Melakukan proses penempaan (forged)
  3. Melakukan proses pengerasan (hardening)
  4. Melakukan proses pengasahan dan polishing
  5. Membuat kelengkapan gagang (tsuka) dan sarungnya (saya) sekaligus merakitnya

Okei, kita mulai penjelasannya satu-satu


1. Memilih material bilah katana

Pada langkah ini, sesuai dengan post sebelumnya, ada banyak material baja yang sering digunakan untuk membuat senjata tajam, dari baja karbon hingga baja campuran yang tahan karat. Tapi khusus untuk membuat katana material yang biasa digunakan terbatas hanya pada high carbon steel atau baja karbon biasa tanpa campuran chrom dll dengan seri 10XX.

Kenapa yang dipilih adalah baja carbon seri 10XX?  Baja karbon memungkinkan kita untuk melakukan heat treatment dengan peralatan yang sederhana atau bahkan kuno sekalian. Para perajin pisau di daerah pelosok Indonesia sudah membuktikannya. Di sisi yang lain, heat treatment atas stainless steel membutuhkan peralatan heat treating oven yang memadai, suhu yang tinggi, dan sangat ketat prosedurnnya untuk menghasilkan bilah yang baik (lihat posting sebelumnya mengenai tabel Heat Treatment). Dan jangan lupa, baja karbon menang di semua bidang dibanding stainless steel kecuali ketahanan terhadap karat. Terlebih lagi, harganya lebih murah. Secara kualitas, baja karbon seri ini bisa menghasilkan kekerasan dan ketajaman yang bagus dan tidak mudah tumpul. Semakin tinggi tingkat karbonnya maka akan semakin keras katana yang dihasilkan, tetapi mengandung resiko juga akan semakin getas (mudah patah). Walau baja seri 10XX mempunyai resiko sangat mudah berkarat, tetapi bisa diatasi dengan proses polishing diakhir.

Ada beberapa opsi seri material yang biasa dipilih menjadi bahan katana. Diantaranya adalah:

1. AISI 1095: ini yang paling umum digunakan untuk katana kualitas premium dimana tingkat karbon yang tinggi (0,95%) akan menjamin ketajaman dan kekerasan bilah. Dengan bahan ini penempaan katana bisa dilakukan pelipatan (folded) untuk menghasilkan alur cantik yang alami di katana seperti alur kayu.


Kenapa hanya material ini yag bisa dibuat seperti itu? karena proses folding akan membuat penempaan menjadi lama sehingga dapat menurunkan kadar karbon di baja (teroksidasi). Apabila kadar karbon awal sudah rendah, maka hasil folding akan membuat katana cantik tetapi tidak kuat.

2. AISI 1060: ini yang biasa digunakan untuk katana kelas menengah. Seri 1060 tidak terlalu keras seperti 1095 sehingga mudah dan cepat ditempanya tetapi relatif tidak disarankan untuk dilakukan folding. Ada blacksmith di jepang yang mengakali menggunakan material ini untuk melakukan pelipatan yaitu dengan mengguling-gulingkan hasil lipatan ke arang jerami yang sudah dibakar untuk menambah kandungan karbonnya.


3. AISI 1050: baja seri ini adalah termasuk baja lunak. Akibatnya apabila katana sering beradu dengan katana lainnya akan menjadi cepat tumpul dan mudah coak. Baja seri ini digunakan ketika WW2 dimana industri peralatan perang membutuhkan material yang murah dan cepat untuk ditempa.

4. Kombinasi antara 1095 dan yang lebih lunak (1060/1050): Nah ini yang oke, kenapa oke? karena baja 1095 akan memberikan kekerasan dan tingkat ketajaman yang bagus sedangkan baja yang lebih lunak akan memberikan nilai kelenturan dan tidak gampang patah. Biasanya baja yg lebih keras akan ditempatkan menjadi bagian yang tajamnya atau bagian luarnya dan baja yang lunak akan ditempatkan selain itu. Kita lihat kombinasi baja yg biasa dipakai oleh para blacksmith di jepang
Sebetulnya untuk bagian ini saya sarankan material yang dipilih adalah 1060 atau 1095. Tidak disarankan menggunakan kombinasi apabila anda masih amatir dalam hal ini :D


2. Melakukan proses penempaan (forged)
Pada proses kedua ini ada tahapan yang perlu dilakukan secara benar untuk membuat baja yang anda pilih bisa ditempa dengan mudah dan materialnya merata

1. Annealing
Memanaskan baja sampai tahap kritikal (bisa diketahui dengan menempelkan magnet pada baja panas tersebut sampai magnet tidak menempel). Biasanya suhu kriktikal tiap baja karbon berbeda tapi berada di kisaran 700-800 derajat Celcius (lihat tabel pada postingan sebelumnya). Baja kembali dimasukkan ke dalam tungku, matikan tungku dan biarkan baja di dalamnya sampai keesokan hari. Baja dalam keadaan ter-aneal akan lebih empuk dibanding kondisi ter-normalisasi. Biasanya saat baja datang dari pabrik atau supplier kondisinya adalam keadaan ter-aneal. Artinya baja ada dalam kondisi cukup empuk untuk memungkinkan pengerjaan selanjutnya.

2. Normalizing
Memanaskan baja sampai tahap kritikal (bisa diketahui dengan menempelkan magnet pada baja panas tersebut sampai magnet tidak menempel) (lihat tabel pada postingan sebelumnya). Biasanya kemudian dilewatkan sedikit dengan kembali memasukkan baja tersebut ke dalam tungku sampai 10 detik, lalu baja dibiarkan mendingin sendiri sampai sama dengan suhu ruang. Normalizing adalah tahap mengurangi stress pada baja. Saat baja dikerjakan dia akan mengalami stress. Normalizing juga mengembalikan penyebaran mikrostruktur baja ke dalam keadaan yang merata, atau dalam kasus lain pembuatan baja karbon (tamahagane) secara tradisional, material mentah yang dihasilkan kandungan karbonnya sangat tidak rata sehingga perlu dilakukan normalizing.

Nah disinilah proses penempaan dan folding dilakukan. Proses ini dilakukan berkali-kali hingga bentuk dasar pedang terlihat. Prosedur yang biasanya dilakukan adalah dengan fokus ke proses pembentukan materialnya terlebih dahulu (folded, campuran bahan) baru setelah campuran materialnya dianggap selesai berlanjut ke penempaan untuk memanjangkan dan membentuk bentuk dasar katana. Perlu diingat bahwa proses folding dan pencampuran ini adalah optional, artinya bisa untuk tidak dilakukan dan langsung menuju penempaan sampai membentuk bentuk dasar katana. Suhu ketika penempaan pun perlu diperhatikan (lihat tabel pada postingan sebelumnya) yaitu sekitar 850-1050 derajat Celcius, lebih tinggi dari suhu kritikal.

Pada tahap folding, agar bisa menghasilkan alur cantik seperti pada gambar diawal, baja biasanya dilipat minimal sampai 10X. Artinya akan ada minimal 2^10 = 1024 lapisan yang terbentuk dan lapisan tersebut akan tampak ketika pengasahan dan polishing. Tiap selesai satu kali folding dilakukan, material kembali dinormalisasi lagi dengan dimasukan kembali ke tungku.



Sedangkan pada tahap pencampuran, tergantung ingin hasil yang seperti apa. Agar mudah untuk dijelaskan kita ambil contohnya adalah model kobuse *lihat gambar di bagian kombinasi sebelumnya. Pada model kobuse, awalnya hardsteel akan dibentuk huruf U dan nantinya softsteel akan dimasukan di celahnya. Setelah proses combining selesai, sama seperti ketika folding, material kembali dinormalisasi lagi dengan memasukannya kedalam tungku



Setelah proses folding dan atau pencampuran bahan selesai, saatnya memangjangkan dan membentuk bentuk dasar katana. diawali dengan menempanya sedikit-sedikit ke satu arah agar memanjangnya teratur ke satu arah tertentu. Apabila ketika pemanjangan material ikut melebar, putar material dan tempa dari arah sisi agar lebarnya kembali ke seharusnya. Apabila baja sudah dingin, panaskan kembali sampai suhu penempaan (lihat tabel pada postingan sebelumnya) dan ulangi terus penempaan hingga mencapai panjang yang sesuai. Sekali lagi, hati-hati proses penempaan yang terlalu lama akan menurunkan kadar karbon pada baja.


Setelah panjangnya dirasa cukup, saatnya membuat lengkungan pedang. Lengkungan pada katana diperlukan agar katana bisa langsung dipakai menyerang saat pertama dikeluarkan dari sarungnya. Sebetulnya tidak ada aturan baku harus seberapa lengkung, tapi biasanya swordsmith mengukur panjang lengannya sebagai jari-jari lalu diputar dengan bahunya sebagai pusat sumbu. Itu adalah simulasi release katana dari sarungnya, dan selengkung itulah katana biasanya dibuat.


proses membuat lengkungan ini biasanya dilakukan secara paralel dengan membentuk ujung (kissaki) dari katana


Ketika bentuk dasar katana sudah terlihat, sebetulnya proses penempaan sudah berakhir. Selanjutnya adalah proses hardening. Tetapi sebelum proses hardening, pedang harus dibuat bentuk lebih detailnya dengan diasah atau di-grinda (metode stock removal). Pembentukan detail contonya membentuk garis darah, pembedaan sisi yang akan ditajamkan dan sisi yang tidak, dan pembentukan bentuk gagang. Kenapa demikian? karena apabila sudah melewati proses hardening baja menjadi keras dan susah untuk disesuaikan lagi bentuknya


3. Melakukan proses pengerasan (hardening)

Proses hardening adalah proses mengeraskan baja dengan mencelupkannya ke dalam cairan pendingin semisal minyak atau air. Proses dilakukan dengan kembali memanaskan baja sampai ke tahap kritikal kemudian dengan cepat memasukkannya ke dalam cairan pendinginnya untuk membuat baja mengeras. Baja akan mencapai kekerasan maksimal setelah melalui proses ini.

Ada banyak treatment yang bisa dilakukan untuk proses hardening ini, kita lihat tabel di postingan sebelumnya lagi deh ya,

 
Pada tabel diatas bisa dilihat bahwa treatment hardening untuk baja seri 10XX (baja karbon 1 atau 2) adalah dengan water treatment (WC), artinya setelah mencapai suhu kritikal (Ac) baja lalu dimasukan kedalam air suhu kamar selama beberapa saat.

Derajat yang dibutuhkan setiap baja untuk mencapai tahap kritikal beda2. Itu sebabnya supplier bajanya biasanya menyediakan tabel hardening dan tempering untuk pengguna bajanya. Kita bisa saja melihat suhu dengan menjadikan warna sbagai patokan, atau menggunakan heat treating oven atau infrared thermometer, tapi semuanya itu sangat sulit dilakukan apalagi kalau alatnya nggak punya. Itu sebabnya banyak swordsmith menggunakan alat yang paling sederhana untuk menentukan suhu kritikal pada baja karbon, yaitu magnet.

Suhu yang nggak pas seperti di bawah kritikal akan menyebabkan pengerasan yang tidak maksimum dan tidak terkontrol hasilnya. Sementara suhu yang berlebih akan menyebabkan overheat di mana karbon akan menguap ke udara dan butiran baja akan mengembang nggak karuan dan menghasilkan baja yang lemah.

Memanaskan baja sebaiknya jangan terlalu cepat karena bajanya sendiri akan mengalami shock. Kita suka nggak tahu bahwa menerapkan panas kepada baja menyebabkan stress, jadi sebaiknya penerapan panas harus dalam prosedur yang terkontrol.

Artinya proses hardening ini adalah proses paling fatal dari keseluruhan proses. Kenapa? apabila hardening dilakukan ketika suhu baja belum mencapai suhu kritikal maka poses hardening tidak akan maximum. Sebaliknya apabila hardening dilakukan ketika suhunya melewati suhu kritikal akibatnya pedang anda bisa retak dan pecah dan anda harus mengulang proses dari awal kembali.

Nah itu penjelasan hardening pada baja secara umum. Lalu bagaimana dengan hardening pada katana? :D

Ternyata hardening pada katana menggunakan metode differensial hardening. Artinya akan ada bagian yang hardeningnya mencapai maxium tapi ada juga bagian yang hardeningnya tidak mencapai maximum. Kenapa perlu demikian?

Berbeda dengan pisau, katana mempunyai bilah yang panjang. Akibatnya resiko bilah patah di tengah menjadi sangat tinggi bila dibandingkan dengan pisau yang bilahnya pendek. Ini juga yang membuat bahan baja untuk pisau bisa menggunakan baja yg kandungan karbonnya sangat tinggi untuk menghasilkan tingkat ketajaman yang tinggi. Proses hardening pada pisau pun tidak ada istilah clay tempering. Biasanya langsung dipanaskan telanjang sampai suhu kritikal dan langsung didinginkan ke media pendinginnya. Beda dengan katana yang akan beresiko patah apabila menggunakan baja yang tingkat karbonnya terlalu tinggi dan proses hardening yang biasa.

Proses hardening maximum akan memberikan tingkat kekerasan dan keawetan ketajaman yang bagus pada pedang. Sisi buruknya bagian itu menjadi lebih getas (mudah pecah atau patah, tidak lentur). Hardening maximum ini diberikan ke sisi tajam katana agar slashing power dan keawetan ketajamannya sempurna. Sedangkan sisi yang tidak tajamnya akan dilakukan proses hardening yang tidak maximum (diinsulasi menggunakan sesuatu) untuk mempertahankan kelenturan pedang sehingga tidak mudah patah.

Loh bagaimana caranya? bukannya kedua sisi itu masih dalam satu pedang yang sama? masih dipanaskan berbarengan dan dicelup ke air berbarengan? betul!! Ternyata ada caranya yaitu menggunakan clay tempered. Ini teknik yang diturunkan secara turun temurun oleh swordsmith di jepang. Ini juga yang membedakan katana dengan pedang lain yang ada didunia. Ini juga yang membuat katana begitu spesial; ringan, tajam, dinamis, lentur, dan mempunya slashing power yang sempurna yang bisa menghasilkan perfect cut.



Tahapan dari diferential hardening ini adalah mengoleskan clay tipis ke sisi tajam katana dan mengoleskan clay tebal ke sisi lainnya. Caranya ada banyak, ada yang mengoleskan secara tebal terlebih dahulu kesemuanya baru menipiskan di sisi tajamnya, ada juga yang sebaliknya. Ada juga yang hanya menoleskan clay ke sisi tidak tajamnya saja dan sisi tajamnya dibiarkan telanjang. Tidak ada masalah yang mana cara yang dipilih, karena intinya ada bagian yang dihardening maximal dan ada bagian yang diinsulasi oleh sesuatu sehingga hardeningnya tidak maksimal dan baja tetap mempunyai tingkat kelenturan yang tinggi. Juga yang menjadi penentu ketebalan tersebut adalah bahan clay yang digunakan. Selain menentukan tingkat ketebalannya, bahan clay juga yang menentukan berapa lama katana dicelup di air saat proses hardeningnya. Inti dari clay ini adalah insulasi panas, artinya harus dipilih bahan yang mempunyai kapasitas kalor yang tinggi. Biasanya yang mudah terpikirkan dan mudah didapat adalah tanah liat bahan pembuat keramik :D



 





Tiap swordsmith mempunyai rahasia sendiri atas bahan clay yang mereka gunakan. ada yang cair, ada yang kental. ada yang menggunakan bahan satanit, ada yang menggunakan Hercules furnace cement, ada yang menggunakan tanah liat biasa. Tapi sekali lagi inti dari semuanya adalah nilai dari kapasitas kalornya. Dipilih clay yang kira-kira ketika proses hardening bisa menginsulasi panas yang cukup untuk bagian yang tidak tajam.

Setelah pengolesan clay selesai, katana lalu dipanaskan sampai suhu kritikalnya (jangan kelebihan!) (lihat tabel hardening) dan langsung dimasukan ke air kira-kira 3-9 detik (tergantung clay yang digunakan). Bagaimana cara mendeteksi suhunya agar tepat? selain menggunakan magnet, pada swordsmith jepang jaman dahulu biasa menggunakan indikator warna sebagai indikator suhu. Mereka biasanya mengangkat katana dari tungku apabila warna bajanya sudah seperti warna matahari ketika terbit. wow.



Pada gambar sebelumnya bisa kita lihat bahwa pengolesan clay ini juga ada polanya. Pada perbatasan sisi tajam dan sisi yang diinsulasi ada pola perbatasan yang sengaja dibentuk yang nantinya akan tampak jelas bagian yang dihardening (sisi tajam) dan yang diinsulasi (sisi lainnya) berupa alur yang biasa disebut hammon.




Mungkin banyak yang mengira kalau hammon ini adalah hasil asahan, padahal bukan. Hammon adalah pola tercipta dari proses differensial hardening yang polanya sesuai selera si pembuat pedang atau bisa juga sebagai ciri khas pola dari pedang yang dia ciptakan. Hammon adalah perbatasan antara bagian yang dihardening dan yang diinsulasi. Polanya ada yang wave, ada yang zigzag, ada yang rata, ada juga yang tidak beraturan. Itu semua terserah si pembuat pedang ketika mengoleskan clay.


4. Melakukan proses pengasahan dan polishing

Pada proses keempat ini bentuk dasar pedang sudah sangat terlihat. Tinggal mengasahnya dan mempolishnya.

Mengasah biasanya dilakukan menggunakan peralatan modern ataupun peralatan tradisional. Ada yang menggunakan grinda mesin sehingga prosesnya menjadi sangat cepat, tapi ada juga yang menggunakan hamplasan ataupun batu sungai dan diasah menggunakan tenaga tangan. Akan terlihat perbedaannya pada detail, bahwa yang mengasah menggunakan tangan walau lama, tapi katananya dibuat dengan penuh perhatian dan kehati-hatian yang tinggi. Tapi terlepas kekurangan dan kelebihan dari keduanya, proses mengasah dilakukan dengan menggosoknya ke satu arah saja, tidak bolak balik.




Sebetulnya pada proses pengasahan dan pe-polishan tradisional, ada beberapa jenis batu sungai khusus, dari yang paling kasar hingga yang paling halus yang secara tradisional dipakai oleh swordsmith di jepang. Hanya saja saya masih belum terlalu mengerti tentang itu jd saya skip saja :p Karena sederhananya untuk polishing menggunakan hamplasan pun bisa, tidak perlu ribet-ribet nyari batu di kali :))

oh iya, hati2 ketika melakukan polishing, tangan anda bisa jadi korban pedang anda sendiri apabila tidak hati-hati.


5. Membuat kelengkapan gagang (tsuka) dan sarungnya (saya) sekaligus merakitnya

Nah, pada bagian inipun variasi yang dihasilkan bisa sangat banyaaaaaak dan saya masih belum sempat mempelajarinya. Dari aneka bentuk tsuba, warna tali, jenis kayu untuk tsuka dan saya, ujung penjepit (lupa namanya apa), tapi kalau mau mencoba bikin sendiri  sampai merakitnya semuanya bisa dilihat di video - video dibawah ini:








atau bisa dilihat disini, http://www.youtube.com/user/TheSamuraiWorkshop/videos

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sekian penjelasan cara membuat katana dari saya. Sekali lagi, mohon maaf karena yang saya fokuskan disini adalah pembuatan bladenya, sedangkan untuk perakitan katananya belum sempat saya pelajari lebih jauh hehe :D

semoga bermanfaat :)



12 comments:

Yosep said...

wah mantep nih tips2nya.. trims ya! :)

Anonymous said...

Do you mind if I quote a couple of your posts as long as I provide credit and
sources back to your website? My blog is in the exact
same niche as yours and my users would certainly benefit from a lot of the information you provide here.
Please let me know if this okay with you. Regards!



Here is my blog: lower back pain during pregnancy

Unknown said...

makasih banyak mas infonya sangat bermanfaat. oh iya mas.. aku lagi ada tugas nyari buku pembuatan katana/pedang. ada rekomendasi judul buku dan belinya dimana?. makasih banyak sebelumnya.. taufik. 2B1B9B5A

gopal said...

@taufik: klo bukunya sy kurang tau, sy jg banyaknya nyari dr internet aja

Razor21 said...

Mohon izin saya re-post di situs saya (katanaku.info) dengan mencantumkan sumber dari blog mas, makasih :)

gopal said...

@aray ray: monggo :)

Unknown said...

makasih infonya bro...

Arya Wangsakara said...

apa bedanya bahan besi baja stock removal dengan bahan baja forging ? sy mau buat bilah golok penjual bahannya jual per kilogram bukan bentuk lempengan per

gopal said...

klo jualnya bukan bentuk lempengan, brarti pasti harus forging (nyepuh)

Anonymous said...

Terimakasih sangat membantu gan
nonton film online
rupiahqq
rupiah qq

Unknown said...


Samurai from Japan has been known since time immemorial. And even today is still preferred by many people
togel singapore

Unknown said...

Mau tanya bro Kalo per truk itu termasuk kategori baja apa ya.. klo untuk buat golok sama ga proses pembuatannya sama pembuatan pedang? thanks..