Tuesday, August 11, 2015

"I Love You So"

I pray to God; My heart, soul, and body
Every single day of my life
With every breath I solemnly promise
To try to live my life for you

O Allah, You did revive my soul
And shone Your light into my heart
So pleasing You is now my only goal
Oh I love You so, I love You so

Now I know how it’s like
To have a precious love in my life
Now I know how it feels
To finally be at peace inside
I wish that everybody knew
How amazing it feels to love You
I wish that everyone could see
How Your love has set me free
Set me free and made me strong

O Allah, I’m forever grateful to You
Whatever I say could never be enough
You gave me strength to overcome my uncertainties
And stand firm against all the odds

You are the one who did revive my soul
You shone Your light into my heart
So pleasing You is now my only goal
Oh I love You so, I love You so

My love, my life, my days, my nights, my wealth, my prayers – all for You
And I swear that I will never put anyone or anything before You


-- Maher Zain - I Love You So --


"Freedom"

Gathered here with my family, my neighbours and my friends
Standing firm together against oppression holding hands
It doesn't matter where you're from
Or if you're young, old, women or man
We're here for the same reason; we want to take back our land

Oh God thank you..
For giving us the strength to hold on
And now we're here together

Calling you for freedom, freedom
We know you can hear our call,
We're calling for freedom, fighting for freedom
We know you won’t let us fall,
We know you're here with us

No more being prisoners in our homes
No more being afraid to talk
Our dream is just to be free, just to be free
Now when we've taking our first step
Towards a life of complete freedom
We can see our dream getting closer and closer, we're almost there

Oh God thank you..
For giving us the strength to hold on
And now we're here together

Calling you for freedom, freedom
We know you can hear our call,
We're calling for freedom, fighting for freedom
We know you won’t let us fall,

I can feel the pride in the air
And it makes me strong to see everyone
Standing together holding hands in unity
Shouting out loud demanding their right for freedom

This is it and we're not backing of
Oh God we know you hear our call

And we're calling you for freedom, freedom
We know you can hear our call,
We're calling for freedom, fighting for freedom
We know you won’t let us fall,

We're calling you for freedom, freedom
We know you can hear our call,
We're calling for freedom, fighting for freedom
We know you won’t let us fall,
We know you're here with us


 -- Maher Zain - Freedom --


Tuesday, August 4, 2015

Penciptaan Trend Investasi Konyol

Masih ingat kasus boomingnya ikan Lou Han? Kita pernah alami bagaimana masyarakat kita jadi tergila2 dg ikan nonong itu. Masih ingat kasus boomingnya tanaman Anthorium Jemani? Sekonyong2 hobi tanam menanam mewabah di sebagian negeri ini. Masih ingat kasus Tokek? Makhluk yang dulunya tidak pernah kita perhatikan ini tiba2 memiliki daya tarik yg luar biasa. Masih banyak lagi kasus2 seperti diatas tapi ketiga contoh2 tsb cukup mempresentasikan betapa mudahnya masyarakat kita dibohongi.

Postingan kali ini saya mengajak para pembaca ikut berfikir kritis. Hanya dg sikap kritislah kita bisa melihat sesuatu dibalik sesuatu. Dari ketiga contoh diatas, kita lihat ada kesamaan. Semua trend konyol tsb dimungkinkan terjadi karena satu hal: Keserakahan Umat Manusia.

Lihatlah, apakah mereka yg tiba2 tergila2 pd Lou Han, Anthorium Jemani dan Tokek itu sebelumnya memang punya hobi dibidang itu? Mereka yg tergila2 pd Lou Han kebanyakan, sebelumnya tidak pernah punya aquarium. Mereka yg tergila2 pd Anthorium Jemani, sebelumnya juga bukanlan pencinta tanaman. Apalagi mereka yg mendadak tergila2 pada tokek, sebelumnya jelas mereka bukan pencinta tokek. Lalu apa pendorong semua kegilaan itu? Jawabannya sederhana, karena melonjaknya nilai ekonomis dari ketiga komoditi diatas.

Pertanyaannya, benarkah telah terjadi peningkatan nilai finansial yg alami, berdasarkan hukum permintaan dan penawaran? Jawabannya, TIDAK! Perlu diingat bahwa ketiga komoditi diatas adalah makhluk hidup. Bisa dikembangbiakkan. Di budidayakan.

Dari penjelasan diatas, seharusnya sudah dapat dipahami bahwa trend tersebut tidak akan berlangsung lama. Saat harga melonjak, orang2 akan berbondong2 membudidayakan komoditas tsb. Ada gula ada semut. Saat supply melebihi demand maka bisa dipastikan harga pun akan secepat kilat terjun bebas.

Tapi bagaimana sesungguhnya trend “gila” tersebut bisa direkayasa? Nah, disini akan dibuka rahasianya. Dengan modal secukupnya siapapun bisa menjadi “spekulator” yg bisa mengeruk keuntungan yg sebesar2nya. Agar mudah memahami bagaimana “trend gila” tsb bisa direkayasa, kami akan menyampaikannya dalam bentuk cerita. Silakan disimak baik2...

-------------------------------------------------------------------------------------------- 

Alkisah pak Ali datang ke suatu wilayah di Indonesia. Anggap saja dia datang ke wilayah Jawa Tengah. Dia membawa modal secukupnya.

Pak Ali yang berasal dari Jakarta ini mulai memperkenalkan diri pada masyarakat setempat sebagai seorang eksportir. Dia sampaikan kpd masyarakat bahwa dia sedang mencari “Tikus Curut” karena sangat dibutuhkan sbg bahan dasar obat kangker. Pak Ali butuh sebanyak2nya “Tikus Curut” asli Indonesia karena permintaan dari Jepang sangat tinggi. Sebagai imbalannya maka dia bersedia membayar Rp 50 ribu untuk setiap satu ekor “Tikus Curut” ukuran dewasa.

Atas imbalan yg dijanjikan pak Ali, maka masyarakat pun berbondong2 mencari Tikus Curut. Terciptalah wabah perburuan Tikus Curut di propinsi Jawa Tengah. Makhluk yg sebelumnya begitu dibenci itu kini menjadi begitu imut2. Pak Ali pun dengan konsisten memenuhi janjinya. Dia bayar setiap “Tikus Curut” dewasa yg disetorkan padanya seharga 50rb. Akibatnya tercipta pula “pasar” Tikus Curut dimana mulai muncul para pedagang2 tikus curut dadakan.

Lama2 Tikus Curut di wilayah tersebut mulai berkurang, malah terancam punah karena diburu terus-menerus. Sebagaimana biasa, hukum supply and demand pun berlaku. Harga Tikus Curut mulai naik menjadi 100rb per ekor. Karena alasan kebutuhan yg luar biasa tinggi di luar negeri, Pak Ali masih bersedia membeli dg harga 100rb per ekor.

Karena jumlah Tikus Curut makin berkurang, maka mulailah muncul jenis usaha baru: BUDIDAYA TIKUS CURUT. Dampak psikologis pasar juga mulai terasa, perdagangan di level masyarakat mulai menghargai Tikus Curut seharga 150rb. Krn kebutuhan, Pak Ali tetap mau membeli Tikus Curut dari masyarakat dg harga 150rb.

Mengingat jumlah Tikus Curut jg makin berkurang, sesuai hukum pasar, makin lama harga Tikus Curut makin mahal. Bahkan mencapai angka 200rb per ekor. Euforia pasar yang makin menggila tampaknya makin mendongkrak nilai ekonomis Tikus Curut. Harganya kini mencapai 400rb per ekor. Akibat keuntungan yg menggiurkan, byk orang yg lbh memilih keluar dr pekerjaannya beralih menjadi peternak atau pedagang Tikus Curut.

Akibat pasokan yg makin menurun itu, Pak Ali menyampaikan bahwa dia bersedia membeli Tikus Curut seharga 1 juta per ekor dewasa. Sementara ini dia akan pergi ke Jepang dulu untuk urusan bisnis Tikus Curut-nya. Dia tinggalkan asisten “rahasianya” di Jawa Tengah. Nanti sepulangnya dari Jepang, Pak Ali akan membeli berapapun jumlah Tikus Curut dg harga 1jt per ekor dewasa.

Melihat permintaan yg makin melambung itu maka terciptalah "euforia" gila2an di kalangan masyarakat. Banyak orang yg menjual rumahnya untuk modal bisnis Tikus Curut, ada pula yg meminjam uang dari bank. Sementara itu asisten Pak Ali secara sembunyi2 menawarkan Tikus Curut yg selama ini dibeli dan dikumpulkan oleh Pak Ali. Asisiten Pak Ali menjual tikus curut milik Pak Ali seharga 800rb per ekor. Maka masyarakatpun berbondong2 membelinya.

Karena keuntungan yg “didepan mata” banyak orang kalap membeli sebanyak2nya Tikus Curut dari asisten rahasia Pak Ali. Setelah semua stok Tikus Curut terjual maka asisten Pak Ali kembali ke Jakarta, menyerahkan uang hasil penjualan kpd Pak Ali. Pak Ali pun tidak pernah datang kembali ke Jawa Tengah, dia sekarang menikmati hasil investasinya sambil tertawa bahagia. Tikus Curut yg dibeli seharga 50rb – 400rb per ekor berhasil dijual laris manis dg harga 800rb per ekor.

Betapa mudahnya Pak Ali mendapatkan keuntungan, betapa bodohnya masyarakat yg tertipu oleh nafsu serakahnya sendiri.

Monday, August 3, 2015

Simpan Benda, Bukan Angka


Pada awalnya Bank (pencetak uang) mencetak uang senilai dengan persediaan emas di Bank tersebut. Lama-lama kebijakan ini tidak berlaku lagi.

Pada praktisnya saat ini Bank mencetak uang sesuai dengan kebijakan moneter dari suatu otoritas. Beberapa Bank bahkan memiliki “kekebalan” dari intervensi pemerintah, seperti the Fed di AS.

Bank mencetak kertas/koin hanya dengan “abrakadabra” saja; lalu jadilah angka.

Bank menawarkan pinjaman kepada masyarakat, kredit kepemilikan rumah, kredit usaha dsb. Sebagai kewajiban pelunasannya, masyarakat membayarnya dengan bekerja ‘nine-to-five’ selama sekian tahun. Bahkan bisa sampai 20 tahun untuk kredit tertentu.

Jika masyarakat tidak bisa melaksanakan kewajiban pembayaran, maka bank akan menarik kembali rumah yang dikreditkan, atau bangunan lainnya, bahkan kebun, emas, dan segala jenis asset.

Sebagai hasilnya, maka Bank, yang di Negara-tertentu dikuasai oleh para bankers seperti Dinasti Rothschild, Rockefeller dan strukturasinya, memiliki semua asset itu; jutaan hektar tanah, tonan emas, jutaan bangunan di seluruh dunia dsb.

Bayangkan, mereka memiliki semua harta itu hanya dengan abrakadabra. Secara sistematis mereka mencetak uang makin banyak agar makin banyak pula asset yang mereka miliki.

Sebagai akibatnya, alat pembayaran mengalami inflasi yang jauh dari normalnya. Dan kita yang menabung, mungkin berpuluh-puluh tahun dengan bekerja keras banting tulang mengumpulkan uang, merugi karena nilai uang semakin menurun.

Jangan terlalu banyak menyimpan kertas, apalagi hanya sekedar menyimpan angka-angka digital absurd. Semuanya tak memiliki nilai riil. Hanya permainan tingkat tinggi.

Simpan asset yang riil saja, tanah, emas dsb. Indonesia utamanya “dirampok” dengan cara seperti ini, kekayaan alam kita pindah ke sana ditukar dengan kertas dan angka-angka absurd yang tak bernilai riil.

Ayo mari bangun dari amnesia massal.