Monday, February 20, 2017

Mengatasi Akar Masalah (part1)

Alkisah, pada suatu hari aspal di jl cihanjuang kondisinya rusak dan bolong. Sebelumnya sudah sering juga rusak seperti itu dan biasanya segera setelah ada komplain dari warga, pemkot cimahi segera mengaspal ulang jalan tersebut. Jalan rusak yg sekarang ini adalah hasil pengaspalan satu bulan yg lalu. Katanya sih wajar sekarang usak lagi karena sedang musim hujan. Lalu diceritakan juga bahwa seminggu kemudian dilakukan pengaspalan ulang. Anehnya satu bulan kemudian aspalnya sudah rusak lagi.

Fenomena seperti diatas mungkin sering kita temukan. Kadang kita melihat suatu masalah sebagai "masalah", padahal bisa jadi yg terlihat itu baru "indikator masalah". Artinya jika emang benar kejadian diatas baru indikator masalah, berarti ada suatu kejadian lain yg mendasarin terjadinya kejadian diatas. Istilahnya adalah "akar masalah".

Untuk kasus jalan rusak diatas, bisa jadi akar masalahnya adalah karena tidak adanya saluran air disamping jalan. Akibatnya ketika hujan turun, jalan berubah menjadi sungai dan aspal tergerus. Tentunya kalau solusi yang kita lakukan hanyalah mengaspal ulang, akan boros sekali dana dan usaha, padahal masalahnya sama sekali tidak hilang.

Ilustrasi diatas mirip juga seperti orang sakit. Memang ketika dia meminum paracetamol, sakitnya seolah-olah sembuh karena demamnya hilang. Tetapi sebetulnya penyakitnya masih ada, belum pergi sampai antibiotiknya habis diminum.

Kalau kita hitung-hitung, efort membeli dan meminum paracetamol dibandingkan efort membeli dan meminum antibiotik tentu saja sama, tetapi hasilnya berbeda. Yang satu mengatasi masalah, sedangkan satunya lagi hanya menutupi masalah

Tanpa kita sadari, kita sebagai muslim sebetulnya sudah diperintahkan agar melihat suatu masalah sampai ke akar masalahnya. Bahkan perintah ini turun di ayat pertama yg turun ke nabi kita.
"iqra bismi rabbikalladzi khalaq"
Ketika muhammad pernah bersusah payah mengubah masyarakatnya dan gagal, lalu ia diangkat menjadi nabi, Allah menyuruhnya agar membaca kondisi lingkungannya lebih baik lagi, lebih mendasar ke akar masalahnya lagi, lebih sesuai dengan kacamata sang penciptanya.

Artinya bagi seorang muslim, sebetulnya mudah melihat akar masalah dari suatu kasus, karena sudah diberikan ciri-ciri / petunjuknya dari Allah, yaitu "ayat dan sunah manakah yg dilanggar?".

Dengan melihat kesana, kita tidak akan pernah terjebak pada solusi-solusi semu seperti orang didalam kegelapan yang hanya bisa meraba-raba atau mencoba-coba.

(bersambung)

No comments: