Monday, February 20, 2017

Karena list kekuranganmu....

Kadang ketika kita ingin mengevaluasi diri, kita terjebak pada kotak/batasan yang sudah kita buat sendiri sehingga kita tidak bisa melihat kekurangan-kekurangan ataupun kelebihan-kelebihan yg kita miliki. Waktu kuliah di ITB, saya pernah mengikuti salah satu mata kuliah yang mengajarkan salah satu cara menggali kekurangan atau kelebihan diri pribadi menggunakan bantuan teman satu kelompok. Saya lupa nama istilahnya, tetapi cara ini dikembangkan oleh orang barat.

Caranya mudah. Kumpulkan satu kelompok, misal 4-6 orang. Tiap orang menyediakan 1 lembar kertas yang dituliskan nama pemilik kertasnya diatas. Di kertas tersebut ada 2 kolom yang masih kosong: kelebihan dan kekurangan. Lalu putar semua kertas tersebut ke teman disebelahnya, dan yang kebagian memegang kertas tersebut harus menuliskan kekurangan dan kelebihan dari si pemilik kertas tersebut. Kertas2nya terus diputar sampai semua orang kebagian menulis di setiap kertas, dan masing2 balik memegang kertas miliknya lagi.

Cara seperti ini pernah dilakukan oleh seorang istri yang kesal pada suaminya.
Ceritanya ada seorang istri yang selalu merasa tidak puas terhadap suaminya. Ketidakpuasan ini disebabkan banyak hal, seperti uang nafkah, hubungan romantisme, dll. Setelah sering protes ttg ini dan itu, suaminya hanya menanggapinya dengan sabar saja. Sampai akhirnya sang istri mengajukan 2 pilihan: beri aku minimal 5jt/bulan sebagai uang nafkah, atau kita cerai!

Suaminya hanya diam saja menaggapi ajuan sang istri. Makin kesal karena tidak digubris, akhirnya sang istri melakukan assesment kekurangan dan kelebihan seperti cara diatas dengan suaminya.
Setelah masing2 mendapatkan kertas, sang istri menuliskan semua kekesalan dan unek2 tentang suaminya di kolom kekurangan dari kertas suaminya tersebut. Bahkan di kolom kelebihan nyaris tidak ada point berarti yg ia tulis. Semua kemarahan dan kekesalan ia tumpahkan sepuas-puasnya disana. Sampai akhirnya kertas ditukar kembali, dan masing-masing bisa membaca point2 yang ditulis pasangannya.

Sang suami hanya diam saja membaca semua list kekurangan dirinya yg ditulis oleh istrinya tersbut. Tapi ada yg aneh di kertas milik sang istri, ternyata si suami hanya menuliskan kelebihan-kelebihan dari si istri saja, dan kolom kekurangannya betul-betul dibiarkan kosong. Sang istri yang heran akhirnya menanyakan kepada sang suami, kenapa list kekurangan saya kosong? apakah memang kamu tidak melihat adanya satupun kekurangan di diri saya?

Sang suami menjawab, saya ingin menuliskan semua kekuranganmu di kertas itu, tapi saya malu. Karena semua kekuranganmu adalah bukti kegagalanku sebagai suami!

Sang istripun terdiam.

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanyai tentang apa yang dipimpinnya dan suami adalah pemimpin atas keluarganya.”(HR. Bukhari dan Muslim)

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik di antara mereka ahlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.” (HR. Tirmidzi)

Diriwayatkan bahwa seorang pria datang ke rumah Umar bin Khattab hendak mengadukan keburukan akhlak istrinya. Maka ia berdiri di depan pintu menunggu Umar keluar. Lalu ia mendengar istri Umar bersuara keras pada suaminya dan membantahnya, sedangkan Umar diam tidak membalas ucapan istrinya. Pria itu lalu berbalik hendak pergi, sambil berkata, “Jika begini keadaan Umar dengan sifat keras dan tegasnya dan ia seorang Amirul Mukminin, maka bagaimana dengan keadaanku?”

Umar keluar dan melihat orang itu berbalik (pergi) dari pintunya, maka Umar memanggilnya dan berkata, “Apa keperluanmu wahai wahai pria?” Ia menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, semula aku datang hendak mengadukan kejelekan akhlak istriku dan sikapnya yang membantahku. Lalu aku mendengar istrimu berbuat demikian, maka aku pun kembali sambil berkata, “Jika demikian keadaan Amirul Mukminin bersama istrinya, maka bagaimana dengan keadaanku?”

Umar berkata, “Wahai Saudaraku, sesungguhnya aku bersabar atas sikapnya itu karena hak-haknya padaku. Dia yang memasakkan makananku, yang membuat rotiku, yang memcucikan pakaianku, yang menyusui anak-anakku dan hatiku tenang dengannya dari perkara yang haram. Karena itu aku bersabar atas sikapnya.”

Pria itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, demikian pula istriku.” Berkata Umar, “Bersabarlah atas sikapnya wahai Saudaraku….”

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia menganggu tetangganya, dan berbuat baiklah kepada wanita. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, maka engkau mematahkannya dan jika engkau biarkan, maka akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berbuat baiklah kepada wanita.” (HR Bukhari no5185 kitab an-Nikaah, Muslim no60 kitab ar-Radhaa)

Mengatasi Akar Masalah (part1)

Alkisah, pada suatu hari aspal di jl cihanjuang kondisinya rusak dan bolong. Sebelumnya sudah sering juga rusak seperti itu dan biasanya segera setelah ada komplain dari warga, pemkot cimahi segera mengaspal ulang jalan tersebut. Jalan rusak yg sekarang ini adalah hasil pengaspalan satu bulan yg lalu. Katanya sih wajar sekarang usak lagi karena sedang musim hujan. Lalu diceritakan juga bahwa seminggu kemudian dilakukan pengaspalan ulang. Anehnya satu bulan kemudian aspalnya sudah rusak lagi.

Fenomena seperti diatas mungkin sering kita temukan. Kadang kita melihat suatu masalah sebagai "masalah", padahal bisa jadi yg terlihat itu baru "indikator masalah". Artinya jika emang benar kejadian diatas baru indikator masalah, berarti ada suatu kejadian lain yg mendasarin terjadinya kejadian diatas. Istilahnya adalah "akar masalah".

Untuk kasus jalan rusak diatas, bisa jadi akar masalahnya adalah karena tidak adanya saluran air disamping jalan. Akibatnya ketika hujan turun, jalan berubah menjadi sungai dan aspal tergerus. Tentunya kalau solusi yang kita lakukan hanyalah mengaspal ulang, akan boros sekali dana dan usaha, padahal masalahnya sama sekali tidak hilang.

Ilustrasi diatas mirip juga seperti orang sakit. Memang ketika dia meminum paracetamol, sakitnya seolah-olah sembuh karena demamnya hilang. Tetapi sebetulnya penyakitnya masih ada, belum pergi sampai antibiotiknya habis diminum.

Kalau kita hitung-hitung, efort membeli dan meminum paracetamol dibandingkan efort membeli dan meminum antibiotik tentu saja sama, tetapi hasilnya berbeda. Yang satu mengatasi masalah, sedangkan satunya lagi hanya menutupi masalah

Tanpa kita sadari, kita sebagai muslim sebetulnya sudah diperintahkan agar melihat suatu masalah sampai ke akar masalahnya. Bahkan perintah ini turun di ayat pertama yg turun ke nabi kita.
"iqra bismi rabbikalladzi khalaq"
Ketika muhammad pernah bersusah payah mengubah masyarakatnya dan gagal, lalu ia diangkat menjadi nabi, Allah menyuruhnya agar membaca kondisi lingkungannya lebih baik lagi, lebih mendasar ke akar masalahnya lagi, lebih sesuai dengan kacamata sang penciptanya.

Artinya bagi seorang muslim, sebetulnya mudah melihat akar masalah dari suatu kasus, karena sudah diberikan ciri-ciri / petunjuknya dari Allah, yaitu "ayat dan sunah manakah yg dilanggar?".

Dengan melihat kesana, kita tidak akan pernah terjebak pada solusi-solusi semu seperti orang didalam kegelapan yang hanya bisa meraba-raba atau mencoba-coba.

(bersambung)