Friday, March 31, 2017

Rumah Dan Kemandirian (Part2)

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kondisi ekonomi negeri kita, baik tingkat lokal maupun nasional sekarang itu sama dengan kondisi ekonomi Madinah saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan kaum Muhajirin belum hijrah ke sana. Saat itu Yahudi secara fisik benar benar mencengkram. Mereka menguasai perdagangan antar kota/negara, pertanian, perdagangan pakaian, tenun, perdagangan emas lengkap dengan industri kerajinan dari emas maupun besi. Yang lebih-lebih mencekik penduduk sampai pemuka masyarakat Madinah saat itu adalah industri keuangan mereka saat itu, yaitu peminjaman uang dengan bunga/riba yang sangat tinggi.

Sekarang bukan Yahudi secara fisik yang mencengkram namun cukup sistemnya saja yang dipakai sana sini. Jadi apa yang harus kita lakukan?

Kondisi yang dihadapi umat saat ini hanya bisa diperbaiki dengan cara sebagaimana umat ini dahulu diperbaiki. Bila masyarakat Madinah bisa diperbaiki dari keterpurukan menjadi masyarakat pemenang dan masyarakat pembebas dunia pasca terjadinya Hijrah, dengan fondasi tauhid yang sama dan amal Islami yang mencontoh petunjuk yang sama, mestinya umat di jaman inipun bisa diunggulkan kembali, lepas dari segala keterikatan dan segala cengkraman.

Ketika masih di Makkahm, perjuangan Islam sangatlah bergantung ke pihak-pihak tertentu saja, seperti urusan ekonomi sangat bergantung pada Khadijah, dan urusan keamanan masih bergantung pada Abu Thalib. Ketika dua gantungan tersebut diwafatkan dalam waktu yang berdekatan, terlihat bahwa Allah ingin menegaskan
Allah hu samad : "Allah adalah tempat bergantung segala sesuatu" 112/2
Isra mi'raj yang menghasilkan oleh-oleh perintah shalat 5waktu adalah awal mula dari semua perbaikan. Sejak isra miraj, Rasulullah mulai merapihkan shafnya. Sebelumnya ada rombongan hijrah ke habasyah yang tujuannya untuk menyelamatkan umat. Setelah isra miraj, hijrah menjadi bukan hanya untuk menyelamatkan umat, tapi menyelamatkan islam dan menegakannya secara keseluruhan. Makanya rasulullahpun mencari tempat lain yang lebih kondusif, seperti ke Thaif. Tapi sayangnya masyarakat disana menolak.

Sampai akhirnya di bulan Rajab, atas izin Allah terjadi pertemuan pertama kali rasulullah dengan kaum Anshar, kaum yang mempunyai kemuliaan. Dimana melalui tangan merekalah Negara Islam pertama tegak di Madinah. Dengannya, misi risalah, kesucian darah, harta dan jiwa pun bisa terjaga. Dalam kitab al-Mustadrak, karya Imam al-Hakim an-Naisaburi, dari Jabir bin ‘Abdillah, beliau menuturkan:
“Rasulullah saw. pernah menawarkan dakwah kepada khalayak..” Baginda mengatakan, “Apakah ada seseorang yang bisa membawaku kepada kaumnya, karena kaum Quraisy telah menghalangiku untuk menyampaikan firman Tuhanku?” Berkata [Jabir], “Seorang laki-laki dari Bani Hamdan lalu mendatangi baginda. Dia berkata, “Saya.” Baginda bertanya, “Apakah kamu mempunyai kekuatan [yang bisa melindungi] dari kaummu?” Dia menjawab, “Iya.” Lalu, baginda bertanya kepadanya, dari mana asalnya?” Dia menjawab, “Dari Bani Hamdan.” Setelah itu, seorang laki-laki dari Bani Hamdan ini pun takut akan diserang kaumnya. Dia pun mendatangi Rasulullah saw. seraya berkata, “Saya telah mendatangi kaumku, aku beritahukan kepada mereka. Kemudian saya akan menemuimu tahun depan.” Baginda menjawab, “Baik.” Dia pun pergi. Lalu, delegasi Anshar pun tiba pada bulan Rajab.” [Hr. al-Hakim, al-Mustadrak, Juz IX/497]
Kita bisa mengkaji lebih jauh, kenapa madinah? bedanya dengan makkah? Ternyata Madinah adalah negara agraris. Pekerjaan warganya mayoritas adalah petani, sehingga madinah adalah kota yang bisa menghidupi dirinya sendiri. Bisa dibuktikan ketika terjadi perang khandak, warga madinah masih bisa menyuplai logistik mereka sendiri, tidak takut kelaparan karena kekurangan makanan.

Berbeda dengan Makkah, Makkah adalah kota perdagangan. tidak ada tanaman/kebun-kebun disana. Warganya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dari jual beli ke kota lain. Sehingga bisa ditebak, kalau Makkah dikepung atau diputus jalur perdagangannya, maka tamatlah pemerintahan disana.

Indonesia adalah representasi dari madinah. Tanahnya subur, apapun bisa ditanam. Tanpa menggali kedalam tanahpun Indonesia harusnya sudah sangat bisa sejahtera. Cuma kenyataan hari ini, bahkan dengan mengeruk seluruh isi bumipun tetap tidak bisa sejahtera karena ada sistem ribawi dari yahudi ini. Indonesia dijerat hutang yang tidak berkesudahan.

Kemandirian agraris ini adalah jawaban bagi kita agar lepas dari lingkaran setan, lepas dari jerat hutang NKRI, lepas dari mata uang kertas yang sama sekali tidak ada manfaatnya. Dengan kemandirian agraris ini kita bisa jual beli sesama kita sendiri, bertukar komoditas menggunakan alat jual beli yg tidak riba.

Kemandirian agraris ini bisa kita mulai dari rumah kita sendiri
“Tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak pula menanam tanaman kemudian pohon/ tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia atau binatang melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam Bukhari hadits no.2321)

No comments: