Wednesday, April 7, 2021

SePiLis si Abu Lahab

Atas Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang

Hari itu Rasulullau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan semua penduduk Makkah di bukit Shafa. Beliau bersabda:

“…Wahai Bani Fihr, wahai bani Ady, wahai semua orang Quraisy. Apa pendapat kalian jika sekiranya kukabarkan bahwa di balik bukit ini ada sepasukan berkuda bersenjata lengkap mengepung, siap menyerbu Makkah dan melumatkannya?”

Maka sontak seluruh manusia yang berkumpul pada hari itu menjawab,

“Sungguh kami belum pernah mendengar ada kedustaan keluar dari lisanmu. Jika engkau berkata seperti itu maka kami akan mempercayainya. Engkau adalah Al Amin.”

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tersenyum serta melanjutkan,

“Maka saksikanlah bahwa sesungguhnya aku adalah pembawa peringatan dari sisi Allah sebelum datangnya ‘azab yang besar…”

Maka geger dan gemparlah seluruh manusia yang mendengarkan perkataan tersebut. Banyak diantara mereka yang bertanya-tanya dan banyak pula yang hampir menyatakan kepercayaannya pada Muhammad. Hingga di tengah keributan dan kebingungan manusia itu tampillah seorang laki – laki berkulit putih, bermata juling, dan berpakaian sutera dengan sikap badan menantang maju ke depan, mengacungkan tangannya ke wajah sang Rasul sambil berteriak,

“Tabban laka ya Muhammad ‘asyaral yaumu!!! Alihaadza jama’tana?!!!”, “Celakalah engkau ya Muhammad sepanjang hari ini!!! Apakah untuk urusan seremeh ini kami semua kau kumpulkan?!!”

Saat itulah Allah membalas perkataan lelaki itu langsung dari langit ketujuh, “Tabbat yadaa Abi Lahaabiw wa Tabb!”, “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar – benar binasa!”. Abu Lahab, itulah nama lelaki itu. Sebuah nama yang tetap abadi di dalam Al Quran sebagai simbol penentang da’wah.

Sebuah pelajaran menarik dapat diambil dari kisah asbabun nuzulnya (sebab turunnya) surat Al Lahab di atas, yaitu ketika Abu Lahab berkata, “Apakah untuk urusan seremeh ini kami semua kau kumpulkan?!!” Bagi Abu Lahab urusan kenabian, urusan agama, urusan dunia dan akhirat adalah sesuatu yang remeh dan kecil. Sehingga dia mengecilkan dan sangat menganggap enteng urusan itu.

Padahal di sisi Allah urusan kenabian, urusan keselamatan dunia dan akhirat adalah sesuatu yang besar. Yang karenanya Allah mengutus orang – orang pilihan diantara manusia. Yang karenanya pula Allah turunkan kitab suci. Hanya karena cintaNya pada manusia agar manusia kembali kepada jalan yang lurus. Dan saat itu, sesosok makhluk yang telah diciptakanNya menganggap sangat enteng urusan tersebut.

Ide Abu Lahab ini kemudian tak lekas dimakan rapuhnya usia. Sebagaimana namanya yang Allah abadikan dalam Al Quran, idenya pun tetap lekang hingga kini di zaman modern. Bentuk – bentuk ide Abu Lahab sekarang telah bertransformasi menjadi sesuatu yang baru dengan berbagai variannya. Namun pada intinya satu, yaitu menyepelekan masalah agama, syariat Islam.

Beberapa tahun yang lalu ada sebuah berita tentang pengajuan judicial review terhadap UU Penistaan Agama. Pada saat sidang itu berlangsung, seorang tokoh JIL, Jaringan Islam Liberal, si Luthfi Syaukanie (saya sangat tidak rela menyebut akronim “I” nya dengan Islam, lebih baik saya sebut akronim “I” nya itu dengan “Iyang ngaku Islam”^^) meracau bahwa kejahatan Lia Aminuddin itu dapat disamakan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Na’udzubillahi min dzalik!!!. Subhahanallah yang telah memberi kita petunjuk dengan kata-katanya itu,

"Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka. Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu." (Muhammad : 31-30)

Inilah bentuk transformasi terang – terangan dari ide Abu Lahab 14 abad yang lalu. Sebuah bentuk penyepelean terhadap risalah kerasulan. Jika James Gwee dalam Business Revolution-nya berkata bahwa dalam membandingkan sesuatu itu harus compare apple with apple, maka perkataan tokoh JIL itu sangat tidak akademis dan tidak berdasar. Karena tidak meng-compare apple with apple. Dua variabel yang tak dapat disebandingkan kemudian ia sejajarkan untuk menjadi sebuah landasan dalam judicial review sebuah UU di depan MK. Dan ia masih bangga berkata bahwa dirinya adalah seorang “Cendekiawan” (padahal cendawan) muslim? The fifth grader aja smarter than you!!

Bentuk transformasi sempurna dari kepompong ide Abu Lahab itu sekarang sering diwacanakan dan muncul menjadi sebuah virus SEPILIS di masyarakat. SEPILIS = Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme. Itulah virus baru yang becikal bakal dari penyepelean risalah kerasulan dan terhadap syariat Islam yang agung. Ketika seseorang menyampaikan kajian keislaman berdasarkan Quran dan Sunnah dengan penafsiran para shahabat, maka merekapun berkata, “Cuma segitu? Use your own opinion to interpret Allah’s words man. That's not cool.” Maka mereka pun berpegang pada

Sugan
dan
Ceunah

(sepertinya dan katanya) ketimbang pada Quran dan Sunnah.

"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)." (Al An'am : 116)

"Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan." (Yunus : 36)

Semoga Allah melindungi seorang muslim sejati dari SEPILIS ini. Amin

No comments: